Alexander Gobai@ |
Oleh: Alexander Gobai *)
Semua makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan dan ciptaanNya berada di bumi. CiptaanNya itu ialah manusia, tumbuhan, hewan serta isi kekayaan alam lainya.
Kehidupan dari ciptaanNya itu selalu saling membutuhkan. Manusia membutuhkan tumbuhan dan hewan. Tumbuhan pun membutuhkan manusia. Dan hewan juga membutuhkan tumbuhan dan manusia sebagai perlindungan dan pengawasan yang baik di muka bumi.
Segalahnya diciptakanNya agar kita saling menjaga, melindungi dan mengawasi dengan penuh cinta kasih sebagaimana Tuhan perna mengatakan jagalah segala sesuatu yang ada di muka bumi dengan sebaik-baiknya. Dengan perkataan itu sebagai visi dan misi Allah agar manusia dapat memahami dan melakukan sesuai dengan keinginan Allah sehingga ciptaanNya itu terjaga dan terlindungi dengan baik.
Semakin kita memahami arti dari ajaran Allah, semakin kita memahami jiwa dan roh dari Allah itu sendiri. Karena cinta kasihnya pada manusia sangatlah mulia dan agung. Dan semakin kita memberikan cinta kasih melalui tindakan kepada manusia semakin kita memahami Yesus yang sebenarnya.
Menurut saya, jiwa dan roh adalah satu kesatuan yang ditumbuhkan berdasarkan Iman. Iman itu adalah roh dan jiwa. Dan roh dan jiwa itu berasal dari Allah yang ada di dalam hati manusia. Sehingga wujudnya itu nampak pada manusia melalui suara hati yang dikeluarkan. Suara hati itu berasal dari kekuatan jiwa dan roh berdasarkan suara hati yang baik untuk menyapa kepada manusia.
Suara hati bisa terjadi yang baik dan dan buruk. Suara hati dapat menyapa di dalam keadaan yang emosi, kasar, marah. Tetapi, dia juga dapat menyapa orang bisa dengan senyum, sopan, dan ramah. Tergantung pada situasi yang ada di lingkungannya. Tetapi, paling tidak, suara hati itu, kita bisa membedakannya. Apakah suara hati yang dikeluarkan itu, suara hati yang baik atau tidak baik. Hal itu kita dapat menilai bahwa ketika ia selalu emosi berarti iman mentalnya masih belum baik. Dan begitu pun sebaliknya.
Manurut saya, iman seseorang bisa rapuh dengan situasi yang cenderung tidak dikendalikan dengan baik terhadap situasional. Iman bisa rapuh ketika kita dihadapkan dengan keadaan yang selama kita hidup tidak kita pelajari atau kita belum alami. Iman bisa rapuh dengan zaman yang berkembang. Iman bisa rapuh dengan cewe dan cowo. Iman bisa rapuh dengan kekuatan duit (uang). Iman bisa rapuh dengan segala sesuatu yang kurang di dalam hidup kita. Iman bisa rapuh dengan emosi dan seterusnya.
Persoalan semacam begini selalu terjadi di dalam kehidupan manusia. Adakah iman yang tumbuh lurus dengan melakukan hal baik tanpa mengalami resiko yang dihapkan? Saya pikir itu hal konyol. Semua manusia pasti mengalami persoalan demikian. Hanya saja, kadang manusia lebih pintar menyembunyikan persoalan imannya ketimbang sesuatu yang harus dilakukan berdasarkan tindakan yang benar dan asli.
Saya berpikir, dengan begitu perkembangan yang pesat di muka bumi ini menuntut manusia agar selalu siap untuk menghadapi perkembangan itu. Karena perkembangan yang datang itu, seakan membuat manusia harus terjun untuk menghadapi sebuah persoalan besar yang harus diterima dengan masing-masing versi dan bentuk. Ada yang menerima dengan emosi dan ada yang menerima dengan baik dll. Tetapi, paling tidak kesiapan manusia harus lebih matang agar manusia tidak menjadi konsumtif melainkan produktif.
Orang yang selalu emosi di dalam menghadapi sesuatu adalah orang yang belum siap baik secara mental maupun secara finansial. Mental dapat dilihat dari mental fisik dan mental rohani. Mental rohani juga harus dijaga. Juga mental fisik. Keduanya harus kuat. Sehingga, ketika berhadapan dengan masalah apa saja, bisa diatasi dengan bijak. Bisa lihat contoh, orang yang suka komentar atau pun kritik pada orang lain adalah sikap mental yang belum siap. Akhirnya, manusia itu dianggap mental kerupuk.
Maksudnya, agar tiap persoalan dapat diatasi dengan bijak. Kita perlu mempersiapkan segalah sesuatu dengan baik. Baik secara jiwa dan jasmani serta fisik harus matang. Agar dikemudian hari ketika berhadapan dengan masalah, kita dapat mengatasinya dengan bijak. Jangan hanya pandai menghadapai masalah dengan fisik. Tetapi, juga berhadapan masalah dengan jiwa yang tulus dan fisik yang kuat. Agar iman rohani dan fisik sama-sama kuat.
Penulis Mahasiswa Papua Kulia di USTJ, Papua.
0 komentar:
Posting Komentar