Sejenak kita beranjak ke sebuah kota yang indah dan berseri yaitu kota jayapura yang merupakan sebuah kota menjadi barometer perkembangan segala bidang dan sendi kehidupan di tanah papua pada umumnya , mari kita tinjau untuk melihat sejenak pelaku bisnis yang menjalankan usaha
souvenir asli papua seperti : Panah,patung, gelang khas Papua dan lain-lainnya yang ada diberada Pasar Hamadi yang bisa dibilang hampir mendominasi para warga pendatang . Sama halnya dengan kaos yang bertuliskan I Love Papua ,I Love Jayapura,I Love Mimika dan lain - lain kaos tersebut bisa ditemukan di Mall terdekat. Keberadaan orang pribumi papua untuk menjadi pelaku utama sepertinya tidak tampak. Hal ini harusnya menjadi pergumulan kita bersama mulai dari Pemerintah dan pemerhati budaya yang berada di tanah papua tercinta ini . Bukan hanya itu saja salah satu hal yang disangkan trend massa kini terutama remaja di papua dengan baju kaos yang tulisannya tidak mendidik ,Saat hendak pulang ke kampung halaman, banyak orang kampung yang memesan baju kaos bertuliskan Papua [I Papua] dan alhasil saya mendapatkan di salah satu mall di Jayapura dengan motif yang "itu-itu saja" dengan harga yang lumayan mahal.
Nah...menurut informasi dari teman ada yang menjual di tempat lain dengan redaksi yang unik dan saya tertarik melihatnya. Setelah berada di sana beginilah tulisan yang ada di kaos : SA TRA TAHAN, KO TRA KERAS, AH IYO KAH?... hal ini dilihat memang unik dan menggunakan dialek Papua namun sama sekali tidak representatif untuk menjadi souvenir khas Papua
Secara Epilog Eksistensi manusia pun ditentukan oleh keberadaan budaya. Jika budaya masih terpelihara dengan baik maka manusianya pun akan terus eksis. Pemerintah dan pemerhati harus mulai bergumul terkait dengan tempat khusus souvenir khas Papua yang dikelola oleh pribumi usaha ini potensial dan memberi multiple effect: selain mendatangkan untung namun bisa pula menjadi sarana sosialisasi budaya dan alat menjaga eksistensi.
0 komentar:
Posting Komentar